Beranda | Artikel
3 Wasiat Agung Rasulullah
Kamis, 21 Februari 2013

Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban yang Dia perintahkan kepada kita. Oleh karena itu, kita sangat butuh agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dihapuskan dari catatan amal-amal kita, agar kita menemui Allah di akhirat kelak dengan memenuhi catatan amal kabajikan kita. (www.khotbahjumat.com)

***

3 Wasiat Agung Rasulullah

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً

 أما بعد

 Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kita nikmat Islam dan iman. Nikmat yang besar di dunia dan menjadi penentu kebahagian seseorang di kehidupan yang abadi kelak, apakah seseorang merasakan kenikmatan dan kebahagiaan badi di surga atau sengsar tiada akhir di neraka. Seseorang yang terlahir dalam keadaan Islam, sungguh telah mendapatkan kenikmatan yang agung, bagaimana tidak? Karena seseorang yang kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam terancam dengan neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُوْدِيٌ أَوْ نَصْرَانِيٌ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya; tak seorang pun dari umat manusia, baik Yahudi maupun Nasrani yang pernah mendengar tentangku kemudian ia mati tanpa beriman dengan risalahku, kecuali pastilah ia masuk Neraka.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, jamaah sekalian nikmat Islam dan iman benar-benar nikmat yang agung yang patut kita syukuri.

Kemudian shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Khatib mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena takwa adalah wasiat Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti dalam firman-Nya

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللهَ

 Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah” (QS. An Nisa’: 131(

Jadi jamaah sekalian takwa adalah wasiat Allah kepada seluruh manusia, baik orang-orang terdahulu, sekarang, dan di masa yang akan datang. Demikian juga takwa adalah wasiat orang-orang shalih dari kalangan umat ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, mewasiatkan kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Mu’adz bin Jabal untuk bertakwa kepada Allah

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعْ السَيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan iringilah perbuatan dosa dengan amal kebajikan, niscaya kebajikan tersebut akan menutupinya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)

Hadis ini menjelaskan tentang tiga permasalahan penting, yang mencakup bagaimana manusia beradab terhada Tuhan mereka dan berbuat baik antar sesama.Takwa dalam arti yang sebenarnya melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi larangan-larangannya. Atau ada juga yang mengartikan takwa dengan

أَنْ يَجْعَلَ الإِنْساَنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ عَذَابِ اللهِ وِقَايَةً

Seseorang membuat pembatas antara dirinya dengan adzab Allah.

Jadi seseorang membuat batasan yang menjaga dirinya dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pembatas tersebut adalah melakukan amalan-amalan ketaatan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala yang dilarang oleh keduanya.

Ada juga para ulama yang mendefinisikan takwa dengan

أَنْ تُطِيْعَ اللهَ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَرْجُوْ ثَوَابَ اللهِ وَأَنْ تَبْتَعِد َعَنْ مَعَاصِ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَخَافُ عِقَابَ اللهِ

Engkau menaati Allah berdasarkan cahaya petunjuk dari Allah (Alquran dan hadis) disertai dengan perasaan berharap pahala dari Allah. Kemudian engkau menjauhi larangan-larangan Allah berdasarkan petunjuk dari Allah disertai rasa takut akan adzab Allah.

Inilah pengertian takwa yang paling baik. Seseorang yang bertakwa ia harus mengetahui mana yang Allah perintahkan agar dia amalkan dan juga mengetahui apa yang Allah larang agar ia bisa menjauhinya.

Imam Ibnu Katsir meriwayatkan sebuah kisah mengenai perihal Amirul Mukminin Umar bin Khaththab yang bertanya kepada Ubay bin Ka’ab. Umar bertanya tentang pengertian takwa.

Umar: Wahai Ubay, apa yang dimaksud dengan takwa?

Ubay: Pernahkah Anda melalui suatu jalan yang terdapat duri di jalanan tersebut?

Umar: Pernah

Ubay: Lalu apa yang Anda lakukan?

Umar: Aku singkapkan sarungku atau pakaianku, kemudian aku berhati-hati melewati jalan tersebut (agar tidak terinjak duri).

Ubay: Itulah takwa.

Ubay bin Ka’ab mengungkapkan pengertian takwa dengan memisalkannya dengan analogi yang sangat mudah dipahami. Seseorang yang melewati jalan yang berduri tentu saja ia akan berhati-hati melewati jalan tersebut. Umar meresponnya dengan mengatakan ia angkat pakaiannya –karena pakaian orang Arab adalah gamis, bagian bawahnya seperti sarung berbeda dengan celana panjang-. Ia angkat pakaiannya agar ia mengetahui dimana saja posisi duri-duri yang bisa mencelakakannya. Kalau kita realisasikan permisalan ini dengan kehidupan kita sehari-hari. Takwa adalah mengetahui hal-hal yang bisa mencelakakan kita atau membahayakan kehidupan kita di akhirat kelak, setelah kita tahu lalu kita jauhi hal-hal tersebut. Inilah takwa.

خَلِّ الذُنُوْبَ كَبِيْرَهَا وَصَغِيْرَهَا ذَاكَ التُّقَى

وَاصْنَعْ كَمَاشٍ فَوْقَ أَرْضِ الشَوْكِ يَحْذَرُ مَا يَرَىْ

لَا تَحْقِرَنَّ صَغِيْرَةً إِنَّ الجِبَالَ مِنَ الحَصَى

–          Jauhilah dosa-dosa, yang kecil maupun yang besar.

–          Berbuatlah seperti orang yang melangkah di jalanan yang dipenuhi duri, ia mengawasi langkahnya dan berhati-hati.

–          Jangan remehkan sesuatu yang kecil, karena gunung pun dari kerikil.

Inilah hakikat ketakwaan menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah

Takwa adalah sesuatu yang sangat esensi dalam akidah Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala memandang kemuliaan seseorang bergantung dengan ketakwaan yang tertancap di dadanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun masih meminta kepada Allah agar Dia menambahkan ketakwaan untuk dirinya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengucapkan doa

اللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى

Ya Allah, aku memhon ketakwaan dan petunjuk kepada-Mu.”

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja senantiasa meminta kepada Allah agar menambahkan ketakwaan kepada dirinya, maka kita sebagai umatnya lebih layak lagi untuk memohon kepada Allah agar menambahkan ketakwaan kepada diri kita.

Kemudian di wasiat yang kedua beliau bersabda,

وَأَتْبِعْ السَيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“Iringilah perbuatan dosa dengan amal kebajikan, niscaya kebajikan tersebut akan menutupinya.”

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban yang Dia perintahkan kepada kita. Oleh karena itu, kita sangat butuh agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dihapuskan dari catatan amal-amal kita, agar kita menemui Allah di akhirat kelak dengan memenuhi catatan amal kabajikan kita.

Salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk menghapus catatan dosa kita video ceramah agama jiwaadalah dengan memperbanyak berbuat kebajikan seperti yang telah Rasulullah jelaskan dalam sabdanya di atas. Kita disini duduk di masjid di rumah Allah untuk menunaikan kewajiban kita shalat Jumat berjamaah, sebelum itu kita menyimak khatib menyampaikan khutbah, menyampaikan nasihat, menyampaikan ayat-ayat Allah dan hadis-hadis Nabi-Nya, dan diantara kita menambahi ritual kewajiban ini dengan amalan-amalan lainnya; shalat sunah, membaca Alquran, bershalawat, dll. tentu saja ini adalah kebaikan yang banyak dan agung. Kita ikhlaskan niat kita semata-mata mengharap ridha Allah, maka amalan kita saat ini insya Allah termasuk catatan kebaikan kita dan menghapuskan kesalahan-kesalahan kita.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

 

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ:

Kaum muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Dalam khutbah pertama khotib menyampaikan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita menjalin hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan bertakwa dan beribadah kepada-Nya, beliau melanjutkan bagaimana hendaknya kita menjalin hubungan sosial sesama manusia dan sesama hamba Allah.

Beliau bersabda,

وَخَالِقِ النَاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.

Beliau mewasiatkan agar kita bersosialisasi dengan baik, dengan akhlak yang mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَكْثَرَ يُدْخِلَ النَاسَ الجَنَّةَ التَقْوَى اللهَ وَحُسْنُ الخُلُق

Sesungguhnya yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah bertakwa kepada Allah dan akhlak yang baik / mulia.” (HR. Bukhari)

Berakhlak baik kepada Allah dan kepada sesama manusia walaupun orang-orang tersebut orang yang ingkar kepada Allah –orang kafir atau non-muslim-.

Demikianlah 3 wasiat singkat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiga wasiat singkat namun mencakup segala hal, mencakup permasalahan bagaimana hendaknya seseorang mengarungi kehidupan mereka di dunia untuk menjemput kehidupan yang bahagia di akhirat kelak. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menambahkan ketakwaan kepada kita sehingga kita dengan ringan menjalankan kewajiban-kewajiban kita dan enteng untuk meninggalkan segala yang Dia larang. Dan semoga Allah membimbing kita agar menjadi pribadi-pribadi yang beraklak mulia. Amin ya Rabbal ‘alamin.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا

أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at

[download id=”154″]

Ditulis oleh Nurfitri Hadi, M.A.

 

Kata kunci:  3 wasiat agung rasulullah.

Artikel www.KhotbahJumat.com

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.

  • SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
  • DONASI hubungi: 087 882 888 727
  • Donasi dapat disalurkan ke rekening: 8610185593 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial
  • Keterangan lebih lengkap: Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur
Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/1705-3-wasiat-agung-rasulullah.html